Saham perbankan besar dan grup konglomerat beberapa hari terakhir koreksi dalam ternyada di jual asing. Ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikut terseret turun.
Sampai dengan akhir sesi I perdagangan Jumat ini (27/9/2024), IHSG terpantau susut 0,67% atau 51,76 poin ke posisi 7692,76. Selama sepekan ini IHSG sudah koreksi 0,65%.
Jika hari ini IHSG berakhir di zona merah, ini akan menandai pekan pertama indeks di seluruh bursa ini koreksi setelah tujuh pekan dalam tren penguatan dan menembus All TIme High (ATH) beberapa kali.
Penyusutan IHSG juga seiring dengan sikap investor asing yang melakukan aksi jual. Dalam sepekan yang berakhir Kamis kemarin (26/9/2024), investor asing juga terpantau menjual bersih saham RI senilai Rp2,35 triliun di keseluruhan pasar, rinciannya terjadi net sell di pasar reguler Rp2,46 triliun, sementara di pasar nego dan tunai masih net buy sebanyak Rp112,63 miliar.
Jika melihat secara konstituen, saham yang banyak di jual asing ada dari sektor perbankan big caps dan saham yang terafiliasi konglomerat Prajogo Pangestu.
Dalam sepekan terakhir, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terjual bersih oleh asing Rp3,5 triliun, kemudian diikuti saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebanyak Rp1,1 triliun.
Lalu ada bank besar RI lagi, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masing-masing dijual asing sebanyak Rp563 miliar dan Rp114,6 miliar.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi asing menjual saham RI pada pekan ini. Salah satunya datang dari stimulus jumbo yang dikeluarkan Tiongkok, nilainya bahkan setara dengan APBN Indonesia.
Salah satu langkah sang Naga Asia ini adalah mengeluarkan obligasi khusus senilai sekitar US$ 285 miliar yang setara Rp4.427 triliun. Selain itu, bank-bank besar milik negara akan mendapatkan suntikan dana sebesar sekitar US$ 143 miliar atau Rp2.220 triliun.
Pemerintah China juga akan memberikan bantuan tunai kepada masyarakat miskin dan memberikan voucher konsumsi senilai US$ 74 juta atau Rp 1,15 triliun untuk mendorong orang-orang berbelanja selama libur Golden Week.
Secara total, stimulus China ini sangat jumbo dan sebanding dengan jumlah APBN Indonesia yang berkisar Rp3000 triliun. Jadi, tidak heran jika alirah asing sedang beralih ke negeri tirai bambu tersebut untuk menikmati guyuran stimulus.
Terkhusus saham BREN yang mengalami koreksi cukup dalam, bahkan sempat mengalami Auto Reject Bawah (ARB) dua hari beruntun pekan ini, ditengarai sentimen saham-nya terdepak dari konstituen FTSE.
Menurut pernyataan FTSE, mereka mengeluarkan saham BREN lantaran terkendala free float di mana 97% saham dikendalikan oleh pemegang saham mayoritas. Sebagai informasi, untuk masuk FTSE syarat free float minimal 5%.