Akhirnya Negara Muslim Terbesar Punya Bank Syariah Berskala Global

Suasana nasabah saat menunggu layanan di Bank BSI di Kantor Cabang BSI Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Satu catatan besar di era pemerintahan Jokowi adalah terbentuknya bank syariah besar di Indonesia. Hal ini bukan hanya mendorong pangsa pasar bank syariah di Tanah Air, tapi juga membuat nama bank berbasis syariah dari negara ini dikenal secara global.

Sebagaimana diketahui, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terus bertumbuh pesat pasca pembentukannya melalui merger dari unit usaha syariah (UUS) tiga bank pelat merah, tiga tahun yang lalu.

Jauh sebelum ada BSI, industri keuangan syariah bisa dibilang berkembang dengan lambat. Pangsa pasar bank syariah tidak bergerak dari kisaran 5%.

Padahal bank syariah bisa dibilang telah lama muncul di Indonesia. Mengutip laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), inisiatif pendirian bank berbasis Islam di Indonesia dimulai pada 1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi syariah.

Lalu lahirnya UU Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah bank umum syariah dari sebanyak 5 perusahaan menjadi 11 perusahaan dalam kurun waktu kurang dari dua tahun atau 2009-2010. Namun rupanya hal itu belum mampu mengungkit pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia.

Akhirnya pada Oktober 2020 PT Bank Syariah Mandiri, PT BRI Syariah, dan PT BNI Syariah melakukan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA). Hal ini merupakan bagian awal dari proses merger.

Kemudian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin peleburan ketiga bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021.

Saat ini, 51,47% saham BSI dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menggenggam 23,24% dan 15,38%. Lalu pemerintah Indonesia memiliki satu lembar saham dwiwarna.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan bahwa dalam tiga tahun berdiri, BSI berhasil menjaga bisnis tumbuh sehat dan berkualitas. “Alhamdulillah memasuki tahun ketiga ini BSI berhasil menjaga pertumbuhan kinerja keuangan dan bisnis secara sehat dan berkualitas,” kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi kepada CNBC Indonesia, Rabu (2/10/2024).

Dia memaparkan BSI tumbuh rerata double digit dalam beberapa indikator keuangan dalam kondisi makro ekonomi yang cukup menantang. Contohnya dari sisi aset BSI tumbuh 15,05% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp360,85 triliun per Juni 2024. Besaran tersebut menjadikannya bank syariah terbesar dan urutan keenam bank terbesar se-Indonesia, sekaligus memimpin medium size bank.

Kemunculan BSI dalam tiga tahun terakhir juga mengerek pangsa pasar bank syariah di Indonesia. Per Juni 2024, pembiayaan bank syariah tumbuh 15,09% yoy dan memiliki pangsa pasar lebih dari 7%.

Pada periode yang sama, BSI membukukan pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dari industri, yakni 15,99% yoy, menjadi Rp257,39 triliun. Hal ini pun mengerek pertumbuhan laba bersih sebesar 20,51% yoy menjadi Rp3,4 triliun.

Hery memproyeksikan pembiayaan BSI pada tahun ini akan bertumbuh di kisaran 13%-15%, didorong oleh segmen konsumer, ritel, serta pembiayaan syariah untuk segmen UMKM.

“Fokus kami pada pembiayaan berbasis syariah untuk sektor-sektor ini memungkinkan kami memanfaatkan potensi pertumbuhan yang ada di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat dan naiknya permintaan terhadap layanan keuangan syariah,” katanya.

Di samping itu, kata dia, BSI juga akan terus memperluas produk unggulan seperti cicil emas, gadai, dan layanan digital yang terus mendapatkan sambutan positif dari nasabah.

Tidak hanya jago kandang, BSI telah menjelma menjadi bank syariah dari Indonesia pertama yang berskala global. Penantian ini terbilang cukup lama, mengingat Indonesia sejak dahulu telah menyandang status sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di Indonesia.

Di kancah global, pada September 2024 lalu BSI berada pada peringkat 9 bank syariah dunia dengan kapitalisasi pasar terbesar. BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia mencapai nilai kapitaliasi pasar US$ 9,15 miliar dolar berada di bawah Dubai Islamic Bank yang menduduki ranking 8 dengan nilai kapitalisasi masing-masing US$ 12,42 miliar dolar.

Kinerja yang kuat tercermin juga dalam kenaikan saham BSI yang saat ini sudah masuk dalam jajaran 5 besar Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/anak BUMN dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia setidaknya per September 2024. Kapitalisasi pasar emiten bank berkode saham BRIS tersebut mencapai Rp138 triliun dengan kenaikan harga saham secara tahunan lebih dari 70%.

BSI juga terus berupaya untuk melebarkan sayapnya di luar negeri. Bank syariah ini telah memiliki satu kantor cabang luar negeri (KCLN) di Dubai, yakni BSI Middle East DIFC Branch yang telah beroperasi sejak Agustus 2023 lalu. KCLN itu menjadi satu-satunya yang berasal dari Indonesia yang berdiri di sana.

Peneliti ekonomi syariah Indef Fauziah Rizki Yuniarti mengatakan bahwa ruang pertumbuhan BSI masih terbilang besar. Penggabungan ketiga anak usaha bank BUMN itu membuat modal dan aset BSI menjadi yang terbesar dibandingkan bank syariah lain. Oleh karena itu BSI akan memimpin pertumbuhan industri bank syariah di Tanah Air.

“Modal itu bensinnya bank, jadi kalau bensinnya dikit, ya mobilnya jalannya gak bisa terlalu jauh,” katanya.

Dengan modal jumbo, BSI memiliki ruang untuk mengambil ceruk-ceruk pasar potensial di negara dengan dominasi muslim ini. Menurutnya realita dan potensi industri perbankan syariah masih menyisakan gap yang terbilang lebar dan dapat diisi oleh BSI.

https://nt-ameli.com/hero/search/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*