Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut bahwa produksi perdana katoda tembaga dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) “raksasa” di Gresik, Jawa Timur, akan resmi terealisasi pada Agustus 2024.
Bahlil mengatakan, total investasi dari smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur, itu mencapai US$ 3 miliar.
“Freeport Agustus besok sudah peresmian smelter mereka totalnya US$ 3 miliar, dan dari US$ 3 miliar, 60% itu mesin,” ungkap Bahlil saat konferensi pers Realisasi Investasi Kuartal II 2024 di Jakarta, Senin (29/04/2024).
Seperti diketahui, smelter tembaga PT Freeport Indonesia disebut sebagai smelter tembaga dengan desain single line terbesar di dunia. Smelter yang akan mengolah 1,7 juta ton konsentrat per tahun menjadi sekitar 600-700 ribu ton katoda tembaga per tahun ini baru saja resmi beroperasi dengan seremoni penyalaan mesin perdana pada Kamis, 27 Juni 2024 lalu.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas sempat mengatakan, pembangunan smelter bisa terlaksana sesuai dengan jadwal.
“Tidak lain dan tidak bukan adalah berkat dukungan semua pihak dan juga Kementerian ESDM. Jadi pada kesempatan ini saya ingin sekali lagi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pemangku kepentingan,” ungkap Tony dalam peresmian pengoperasian smelter di Gresik, Jatim, Kamis (27/6/2024).
Dia menjabarkan, smelter akan memproduksi katoda tembaga diperkirakan mulai sekitar bulan Agustus atau membutuhkan waktu 6-10 minggu pasca pengoperasian. Hal ini untuk memanaskan semuanya, supaya mencapai titik panas tertentu pada furnish-nya.
“Setelah itu baru akan dimasukkan konsentratnya, kemudian diolah di-furnish itu dimasak di bentuk anode casing yang tadi kita lihat tadi. Copper anode kemudian dibawa ke Electro Refinery,” ungkap Tony.
Selanjutnya, pada saat di Electro Refinery itu akan membutuhkan waktu sekitar 3 minggu. Jadi diperkirakan, pihak Freeport akan menggenjot untuk dapat memproduksi katoda tembaganya pertama nanti di sekitar pertengahan Agustus.
“Semoga dapat bisa dilakukan sebelum atau dalam rangkaian acara peringatan hut kepentingan Republik Indonesia 17 Agustus,” jelas Tony.
Mengutip laporan PTFI, nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar yang menempati lahan seluas 100 hektare itu sudah mencapai US$ 3,7 miliar atau Rp 58 triliun.
Smelter ini merupakan smelter kedua yang di bangun PTFI setelah smelter yang dioperasikan PT Smelting yang juga berlokasi di Gresik.
Smelter ini didesain menghasilkan 600-700 ribu ton katoda tembaga per tahun. Lalu, ini juga memurnikan lumpur anoda yang akan menghasilkan emas sekitar 50-60 ton per tahun dan perak sekitar 220 ton per tahun.