Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika serikat (AS) ditutup menguat tajam pada perdagangan Selasa (20/8/2024), dan membawa ke titik terkuatnya sejak awal tahun ini.
Melansir Refinitiv, rupiah ditutup di harga Rp 15.430/US$, menguat 0,74% dari posisi penutupan sebelumnya. Penguatan ini menghantarkan rupiah ke titik terkuatnya sejak awal tahun ini yaitu pada perdagangan 2 Januari lalu.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) mengalami pelemahan sebesar 0,07% ke posisi 101,812.
Penguatan rupiah hari ini tidak terlepas dari sentimen dalam negeri yang terus bergejolak, khususnya reshuffle kabinet yang dilaksanakan kemarin.
Dalam reshuffle kali ini ada beberapa menteri yang digantikan posisinya. Salah satunya menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna Laoly yang digantikan oleh Supratman Andi Agtas.
Kemudian ada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif digantikan posisinya oleh Bahlil Lahadalia yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Menteri menteri yang digantikan posisinya tersebut merupakan menteri-menteri yang dekat dengan PDIP dan Megawati. Sedangkan, penggantinya merupakan orang-orang yang dekat dengan lingkungan Prabowo dan Jokowi. Sehingga reshuffle tersebut berpeluang membuat hubungan politik antar kedua kubu tersebut semakin memanas.
Selain sentimen reshuffle kabinet, pasar juga menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Bank Indonesia (BI). Adapun rapat tersebut sudah berlangsung mulai hari ini hingga Rabu besok dan juga hasilnya akan diumumkan pada siang esok hari.
Salah satu yang paling ditunggu pasar adalah pernyataan BI terkait suku bunga, terutama respons BI terhadap prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) pada pertemuan berikutnya. Diprediksi, BI akan mengikuti langkah The Fed.
Pemangkasan suku bunga diharapkan bisa mendongkrak kredit dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setelah sebelumnya pada Agustus 2024, Indonesia mengerek suku bunga sebesar 275 basis poin (bp) dari sebelumnya di level 3,5% menjadi 6,25%.
Sentimen dari luar negeri juga memiliki pengaruh besar khususnya yang datang dari negeri tirai bambu. Bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (loan prime rate/LPR) satu tahun dan lima tahun yang tidak berubah dari periode sebelumnya.
Tetapnya LPR China tersebut sesuai dengan prediksi konsensus yang dilakukan Trading Economics sebelumnya. LPR tahunan China tetap berada di angka 3,35% sedangkan LPR untuk lima tahunnya berada di angka 3,85%.