PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) membukukan laba bersih US$ 37,28 juta atau setara Rp608,59 miliar sepanjang semester I/2024 (kurs Rp 16.321), anjlok 82,05% secara tahunan (yoy).
Merosotnya laba bersih ini seiring dengan penurunan pendapatan INCO pada semester I 2024. Perusahaan mengantongi pendapatan US$ 478,7 juta, turun 27,35% yoy.
Sementara itu, beban pokok pendapatan hanya turun 4,86% yoy, sehingga laba kotor perusahaan turun 72,06% menjadi US$ 417,16 juta.
Manajemen Vale Indonesia menyatakan bahwa tetap optimistis dengan prospek produksi dan berharap operasi berjalan lancar hingga akhir tahun. “Tujuan kami adalah mencapai target produksi sekitar 70.800 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2024, meningkat dari target tahun lalu,” kata CEO dan Presiden Direktur Vale Febriany Eddy, mengutip keterangan tertulis, Selasa (30/7/2024).
Dia menjabarkan bahwa pada triwulan kedua tahun ini, Perseroan mencapai penjualan 17.505 metrik ton nikel matte, menghasilkan pendapatan sebesar US$ 248,8 juta. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 8% dibandingkan triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh harga realisasi rata-rata nikel yang lebih tinggi.
Harga realisasi rata-rata nikel meningkat 12% menjadi US$14.214 per ton pada kuartal II-2024, naik dari US$12.651 per ton pada kuartal sebelumnya.
“Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” kata Febriany.
Memasuki semester kedua tahun ini, lanjut Febriany, Vale akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan.
Dengan perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, Vale melihat banyak ruang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif bagi
perusahaan, seperti integrasi upaya pengadaan dalam grup untuk harga komoditas yang lebih baik di mana hal ini merupakan salah satu penggerak biaya terbesar perusahaan.