Tencent, dikabarkan berencana mencaplok perusahaan game pencipta Assassin’s Creed,�Ubisoft. Raksasa teknologi China tersebut menggandeng keluarga Guillemot yang mendirikan Ubisoft.
CNBC International mengutip laporan Bloomberg News soal rencana Tencent dan keluarga Guillemot. Kabar buyout tersebut menangkat harga saham Ubisoft hingga 30 persen pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Rencana buyout itu memberikan angin segar kepada Ubisoft yang harga sahamnya sudah terpangkas hingga setengahnya dalam setahun terakhir.
Salah satu rencana yang dibicarakan adalah Tencent dan Guillemot berkongsi untuk menarik Ubisoft dari bursa saham dan kembali menjadi perusahaan tertutup.
Ubisoft menolak untuk berkomentar tentang kabar akuisisi tersebut. Tencent juga tidak memberikan komentar.
Harga saham Ubisoft dalam beberapa tahun terakhir tertekan karena investor cemas atas potensi raksasa game Eropa tersebut. Ubisoft dinilai tak punya cukup game triple-A, (game kualitas terbaik) dalam pengembangan.
Pekan lalu, Ubisoft menunda peluncuran game terbaru dari seri Assassin’s Creed selama 3 bulan. Game berjudul Assassin’s Creed Shadows tersebut akan diluncurkan 3 bulan lebih lambat, yaitu pada 14 Februari 2025, setelah penjualan game Star Wars Outlaws buatan Ubisoft yang sudah diluncurkan sejak Agustus, seret.
Ubisoft juga telah merilis proyeksi pendapatan yang lebih rendah untuk tahun depan.
Tencent saat ini memiliki 10 persen saham Ubisoft. Perusahaan China tersebut selama ini lebih fokus dan sukses sebagai penerbit dan pengembang game mobile, termasuk Honor of Kings.
Permasalahan yang dialami Ubisoft juga dialami oleh pemain lain dalam industri game. Pasar game global diperkirakan hanya bisa tumbuh 2,1 persen pada 2024, jauh di bawah pertumbuhan pesat selama periode Covid-19.
James Lockyer, analis dari Peel Hunt, mengatakan permasalahan yang dihadapi oleh industri game adalah kecenderungan gamer saat ini memilih memainkan game lama daripada membeli game terbaru.
“Pilihan yang lebih banyak ditambah permasalahan biaya hidup membuat kantong konsumen menipis, sehingga pendapatan dan tingkat pengembalian investasi tiap judul game selalu di bawah ekspektasi,” kata Lockyer kepada CNBC International.